Kali ini puisinya menceritakan tentang seseorang sedang putus asa, karena perjalanan nasibnya terlalu rumit oleh keadaan hidup yang dipenuhi beban ujian yang terus menerus tiada henti menimpanya.
Jeritanmu bak bisikan di tengah keramaian
desah nafas resah kian membelenggu
garis wajah gelisah semakin pucat
murung tidak kenal senyuman
dingin bagai geming malam
bisu memeluk aur derita
menunggu keajaiban
dari jejak serpihan
cerita harapan
kehidupan
bahagia.
Dan manakala merintih berdo'a,
Kau selalu mengeluh hal yang sama,
"ke manakah lepas dahaga ini?"
"di mana bisa rebah bersandar?"
"terlalu sering menangis sendirian,"
"lelah, lelah, lelah... aku sangat lelah, Tuhan."
Mengepal tangan tengadah memandang langit,
namun langit menjawabnya dengan gemuruh hujan petir,
tertunduk letih meratap ke bumi,
bumi menjawab dengan lubang sedalam ukuran tubuhmu,
hingga perjuangan meraih harapan,
seolah tinggal impian siang bolong belaka.
Oh... kawanku...
kau putus asa dan terluka,
betapa pelik alur dunia ini bagimu,
kembalilah pada Tuhan,
himpunlah sisa-sisa kesabaran dalam hatimu,
cobalah meminta pada Tuhan,
atas nama keyakinan iman dari palung sanubari.