Halaman

Puisi Ratapan Sedih Anak Jalanan

Seringkali kita merasa iba dan turut prihatin saat melihat anak jalanan yang berjuang keras mencari sesuap nasi dari recehan di depan lampu merah, apalagi jika mereka masih tergolong di bawah umur, yang mana semestinya mendapat pendidikan di sekolah, namun malah jadi tulang punggung kehidupannya sendiri tanpa bantuan sosok orang tua. "Yaaa... mau bagaimana lagi, inilah kami, dan seperti inilah jalan hidup kami, jalan hidup kami tak sebaik jalan hidup kalian," begitulah kata mereka. Di bawah ini saya menulis syair puisi sedih tentang ratapan hati anak jalanan seorang kakak pada sang adik (bersaudara) yang hidupnya bergantung dari hasil mengais rezeki mengemis di pinggir trotoar.

Judul: Oh Adikku
Penulis: Fahrurrozi Rais


Oh adikku...
Jangan menghayal untuk bahagia
Walaupun hanya sekadar bercanda
Sungguh tak berhak apalagi tertawa
Ingat! kita makan dari tetes air mata.
Sekarang...
Coba lihatlah para burung di sana
Berdiri kokoh di atas kabel baja
Tidak pernah takut bertaruh nyawa
Itulah contoh perjuangan sempurna.

Oh adikku...
Tidur di emperan diburu penjaga
Mau ke musola dikunci pintunya
Koran bekas bagaikan teman setia
Kolong jembatan masih terbuka.
Sekarang...
Jangan pernah salahkan mereka
Jangan melawan nanti bisa dihina
Jangan merasa masih punya do'a
Jangan juga bertanya mengapa.

Oh adikku...
Kau tahu letak hati di mana
Betul dalam sangkar rusuk dada
Di situ perasaan manusia berada
Meski kadang ada pula yang buta.
Sekarang...
Buanglah jauh semua cita-cita
Lupakan segenap asa dalam dada
Sekolah itu mimpi-mimpi belaka
Kalau terwujud keajaiban namanya

Oh adikku...
Kakak tidak sedang merangkai kata
Apalagi membuai manusia dengan cinta
Angkat tanganmu di tepi trotoar segera
Kedip lampu stopan menemanimu di sana.
Sekarang...
Maafkan kakak seandainya memaksa
Jangan lupa hidup harus selalu berusaha
Jangan takut peluklah kakak saat ini juga
Inilah suratan takdir yang tercipta bagi kita.